
Hari lahirku ditandai oleh angka serba enam. Tanggal enam, bulan enam.
Adalah menjadi nasibku yang paling baik untuk dilahirkan dengan bintang
Gemini, lambang kekembaran. Dan memang itulah aku sesungguhnya. Dua
sifat yang berlawanan. Aku bisa lunak dan aku bisa cerewet. Aku bisa
keras laksana baja dan aku bisa lembut berirama. Pembawaanku adalah
paduan daripada pikiran sehat dan getaran perasaan. Aku seorang yang
suka mema'afkan, akan tetapi akupun seorang yang keras kepala. Aku
menjebloskan musuh-musuh Negara ke belakang jeruji besi, namun demikian
aku tidak sampai hati membiarkan burung terkurung di dalam sangkar. Pada
suatu kali di Sumatra aku diberi seekor monyet. Binatang itu diikat
dengan rantai. Aku tidak dapat membiarkannya! Dia kulepaskan ke dalam
hutan. Ketika Irian Barat kembali kepangkuan kami, aku diberi hadiah
seekor kanguru. Binatang itu dikurung. Kuminta supaya dia dibawa kembali
ke tempatnya dan dikembalikan kemerdekaannya. Aku menjatuhkan hukuman
mati,namun
aku tak pernah mengangkat tangan untuk memukul mati seekor nyamuk.
Sebaliknya aku berbisik kepada binatang itu, "Hayo, nyamuk, pergilah,
jangan kaugigit aku." Sebagai Panglirna Tertinggi aku mengeluarkan
perintah untuk membunuh. Karena aku terdiri dari dua belahan, aku dapat
memperlihatkan segala rupa, aku dapat mengerti segala pihak, aku
memimpin semua orang. Boleh jadi ini secara kebetulan bersamaan. Boleh
jadi juga pertanda lain. Akan tetapi kedua belahan dari watakku itu
menjadikan aku seseorang yang merangkul semuanya.
Masih ada pertanda lain ketika aku dilahirkan. Gunung Kelud, yang tidak jauh letaknya dari tempat kami, meletus. Orang yang percaya kepada tahayul meramalkan, "Ini adalah penyambutan terhadap bayi Sukarno." Sebaliknya orang Bali mempunyai kepercayaan lain; kalau gunung Agung meletus ini berarti bahwa rakyat telah melakukan maksiat. Jadi, orangpun dapat mengatakan bahwa gunung Kelud sebenarnya tidak menyambut bayi Sukarno. Gunung Kelud malah menyatakan kemarahannya, karena anak yang begitu jahat lahir ke muka bumi ini. Berlainan dengan pertanda-pertanda yang mengiringi kelahiranku itu, maka kelahiran itu sendiri sangatlah menyedihkan. Bapak tidak mampu memanggil dukun untuk menolong anak yang akan lahir. Keadaan kami terlalu ketiadaan. Satu-satunya orang yang menghadapi ibu ialah seorang kawan dari keluarga kami, seorang kakek yang sudah terlalu amat tua. Dialah, dan tak ada orang lain selain dari orang tua itu, yang menyambutku menginjak dunia ini. Di Bogor ada sebuah plaket timbul yang terbuat dari batu pualam putih lagi bersih, yang melukiskan kelahiran Hercules. Ia tergantung di ruang gang yang menuju keruangan resepsi Negara. Plaket ini memperlihatkan bayi Hercules dalam pangkuan ibunya dikelilingi oleh empat belas orang wanita-wanita cantik — semua dalam keadaan telanjang. Cobalah bayangkan, betapa bahagianya untuk dilahirkan di tengah-tengah empat belas orang wanita cantik seperti ini!, Akan tetapi Sukarno tidak sama beruntungnya dengan Hercules. Pada waktu aku dilahirkan, tak seorangpun yang akan mengambilku ke dalam pangkuannya, kecuali seorang kakek yang sudah terlalu amat tua.
Di atas adalah cerita Soekarno tentang dirinya yang disampaikan pada Cindy Adams yang kemudian dijadikan biography dengan judul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”. Pengen dapatin ebook nya download aja disini
Masih ada pertanda lain ketika aku dilahirkan. Gunung Kelud, yang tidak jauh letaknya dari tempat kami, meletus. Orang yang percaya kepada tahayul meramalkan, "Ini adalah penyambutan terhadap bayi Sukarno." Sebaliknya orang Bali mempunyai kepercayaan lain; kalau gunung Agung meletus ini berarti bahwa rakyat telah melakukan maksiat. Jadi, orangpun dapat mengatakan bahwa gunung Kelud sebenarnya tidak menyambut bayi Sukarno. Gunung Kelud malah menyatakan kemarahannya, karena anak yang begitu jahat lahir ke muka bumi ini. Berlainan dengan pertanda-pertanda yang mengiringi kelahiranku itu, maka kelahiran itu sendiri sangatlah menyedihkan. Bapak tidak mampu memanggil dukun untuk menolong anak yang akan lahir. Keadaan kami terlalu ketiadaan. Satu-satunya orang yang menghadapi ibu ialah seorang kawan dari keluarga kami, seorang kakek yang sudah terlalu amat tua. Dialah, dan tak ada orang lain selain dari orang tua itu, yang menyambutku menginjak dunia ini. Di Bogor ada sebuah plaket timbul yang terbuat dari batu pualam putih lagi bersih, yang melukiskan kelahiran Hercules. Ia tergantung di ruang gang yang menuju keruangan resepsi Negara. Plaket ini memperlihatkan bayi Hercules dalam pangkuan ibunya dikelilingi oleh empat belas orang wanita-wanita cantik — semua dalam keadaan telanjang. Cobalah bayangkan, betapa bahagianya untuk dilahirkan di tengah-tengah empat belas orang wanita cantik seperti ini!, Akan tetapi Sukarno tidak sama beruntungnya dengan Hercules. Pada waktu aku dilahirkan, tak seorangpun yang akan mengambilku ke dalam pangkuannya, kecuali seorang kakek yang sudah terlalu amat tua.
Di atas adalah cerita Soekarno tentang dirinya yang disampaikan pada Cindy Adams yang kemudian dijadikan biography dengan judul “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia”. Pengen dapatin ebook nya download aja disini
woe ajaaaarin gue buat blognya dog,klu pacaraaan tu jag satu kalas apalgi anda sekum ,sekertaris lengket jua sam sindi biking ktog streeeeesssss!woe jang talalu urus sukma inga dan urus somasih tauuuuuu''''''
BalasHapus